Membangun Budaya Keselamatan Pasien: Pelajaran dari Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor (RSKBP)

Sebuah Cerita Inspiratif dari Program Fellowship Indonesia Healthcare Facility Accreditation Agency (FIHFAA) 2024

Tim FIHFAA 2024

3/7/20242 min baca

Di tengah kegelisahan yang melanda rumah sakit, terdapat perjuangan yang tak terlihat namun menggema dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh setiap individu di dalamnya. Itulah cerita dari Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor (RSKBP) pada tahun 2015. Dalam sebuah kajian mendalam yang dilakukan oleh Yulia Yasmi dan Hasbullah Thabrany, terungkap bahwa Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di RSKBP memiliki angka yang cukup mengkhawatirkan, berkisar antara 0,31% hingga 3,01%, dengan angka kematian mencapai 2,22%. Namun, apa yang terungkap jauh lebih dalam dari sekadar angka-angka tersebut.

Dalam sebuah upaya untuk memahami akar permasalahan dan menemukan solusi yang tepat, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi budaya keselamatan pasien dan faktor-faktor yang terkait dengannya di RSKBP pada tahun tersebut. Dalam rentang waktu Maret hingga April 2015, 115 responden telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Penelitian ini mengungkapkan bahwa budaya keselamatan pasien di RSKBP masih jauh dari ideal. Namun, di balik kelemahan ini, terdapat sinar harapan yang bersinar terang.

Sebagai bagian dari analisis kritis terhadap penelitian tersebut, kita akan membahas faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap budaya keselamatan pasien di RSKBP. Salah satu faktor yang mencuat adalah umpan balik laporan insiden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya umpan balik terhadap laporan insiden memiliki hubungan yang signifikan dengan budaya keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli, seperti yang diungkapkan oleh Alan R. Hinman, et al. (2013), yang menyoroti pentingnya mekanisme umpan balik dalam meningkatkan keselamatan pasien di lingkungan kesehatan. Umpan balik tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi, tetapi juga memungkinkan pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan.

Namun, penelitian juga menyoroti bahwa budaya tidak menyalahkan dan budaya belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budaya keselamatan pasien di RSKBP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan yang mendorong keterbukaan dan pembelajaran, individu merasa lebih nyaman untuk melaporkan insiden dan mencari solusi bersama. Dalam pandangan Lisa M. Given, et al. (2012), budaya organisasi yang mendukung pembelajaran merupakan kunci dalam meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki budaya keselamatan pasien tidak boleh terbatas pada aspek teknis semata, tetapi juga memerlukan transformasi budaya organisasi secara menyeluruh.

Dalam hal di Indonesia, di mana standar pelayanan kesehatan masih menjadi perbincangan yang hangat, temuan dari penelitian ini memiliki implikasi yang sangat penting. Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI), sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menilai dan memastikan standar pelayanan kesehatan, dapat menggunakan pembelajaran dari penelitian ini untuk memperbaiki proses akreditasi dan meningkatkan keselamatan pasien di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia.

Tidak hanya itu, temuan ini juga memberikan inspirasi bagi para praktisi kesehatan dan pengelola rumah sakit untuk melakukan perubahan yang nyata dalam budaya organisasi mereka. Dengan memperkuat komitmen terhadap keselamatan pasien dan membangun lingkungan yang mendukung pembelajaran dan pertanggungjawaban, kita dapat menciptakan sistem kesehatan yang lebih aman dan berkualitas.

Dalam sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan, RSKBP pada tahun 2015 memberikan kita sebuah pelajaran berharga tentang kekuatan transformasi budaya. Melalui pengembangan mekanisme umpan balik yang efektif, promosi budaya tidak menyalahkan, dan pembangunan budaya belajar yang inklusif, RSKBP telah membuktikan bahwa perubahan yang nyata dapat terwujud ketika kita memiliki tekad yang kuat dan komitmen yang tulus terhadap keselamatan pasien.

Sebagai seorang praktisi kesehatan, mari kita terus menggali pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sumber, dan berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan yang berkelanjutan demi kesejahteraan pasien kita. Dengan bersama-sama, kita dapat menciptakan sebuah masa depan di mana setiap pasien dapat menerima perawatan yang aman, efektif, dan bermartabat.