Menuju Transformasi Sistem Kesehatan: Integrasi, Inovasi, dan Introspeksi

Oleh. Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns, M.Kep, FISQua, FRSPH, FIHFAA

3/24/20242 min baca

Dalam upaya menuju sistem kesehatan yang lebih aman di Indonesia, memahami kesalahan tidak hanya dari perspektif kegagalan individu tetapi sebagai kegagalan sistem menjadi kunci utama. Mengacu pada prinsip-prinsip dalam buku "To Err Is Human: Building a Safer Health System," transformasi mendalam yang diperlukan mencakup integrasi, inovasi, dan introspeksi dalam sistem kesehatan.

Integrasi Sistem Keamanan Pasien

Langkah pertama menuju transformasi adalah integrasi sistem keamanan pasien secara menyeluruh dalam struktur dan budaya organisasi kesehatan. Ini berarti membangun mekanisme pelaporan yang transparan dan mendukung, di mana setiap anggota organisasi, dari staf medis hingga manajemen, merasa bertanggung jawab dan dilengkapi untuk mengidentifikasi risiko dan mencegah kesalahan.

Model Keamanan Pasien Berlapis

Mengadopsi model keamanan pasien berlapis, mirip dengan pendekatan "defence in depth" dalam industri nuklir atau penerbangan, bisa efektif. Lapisan ini mencakup pelatihan keamanan yang komprehensif, standar operasional prosedur yang ketat, sistem pelaporan kesalahan yang mendorong pembelajaran bukan hukuman, dan penggunaan teknologi canggih untuk meminimalkan risiko manusia.

Inovasi dalam Teknologi dan Praktik

Inovasi teknologi, seperti penggunaan sistem informasi kesehatan elektronik, dapat memainkan peran kritikal dalam mengurangi kesalahan medis. Teknologi dapat membantu dalam memastikan presisi dalam resep obat, memantau kesesuaian prosedur medis, dan mengintegrasikan catatan pasien untuk akses yang mudah dan akurat oleh semua penyedia layanan kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien.

Kolaborasi Multi-disiplin

Kolaborasi antar profesi dalam sistem kesehatan juga harus ditingkatkan. Misalnya, pendekatan tim dalam perawatan pasien, di mana dokter, perawat, apoteker, dan profesional lainnya bekerja secara kolektif dengan komunikasi yang efektif, dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan hasil pasien.

Introspeksi dan Pembelajaran Berkelanjutan

Kesalahan medis harus dianggap sebagai kesempatan untuk pembelajaran dan perbaikan, bukan sebagai kesempatan untuk menyalahkan. Budaya organisasi yang mendorong introspeksi dan pembelajaran berkelanjutan sangat penting. Ini mencakup pelatihan reguler, sesi refleksi, dan pertemuan tim untuk membahas insiden dan hampir kecelakaan, dengan fokus pada apa yang bisa diperbaiki, bukan siapa yang salah.

Peningkatan Standar Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan keamanan pasien harus menjadi bagian inti dari kurikulum pendidikan kedokteran dan keperawatan, serta pelatihan berkelanjutan untuk semua profesional kesehatan. LAFKI dan lembaga terkait lainnya dapat memainkan peran penting dalam menetapkan standar untuk pendidikan keamanan pasien dan memastikan implementasinya secara luas.

Kesimpulan: Menuju Budaya Keamanan Pasien yang Inklusif

Penciptaan sistem kesehatan yang lebih aman membutuhkan transformasi yang mendalam dan berkelanjutan, yang melibatkan semua pemangku kepentingan—dari individu hingga institusi. Peran LAFKI dan lembaga serupa dalam menetapkan standar, bersama dengan komitmen dari organisasi kesehatan untuk mengadopsi budaya keamanan pasien yang inklusif, akan menjadi kunci dalam mengurangi kesalahan medis. Melalui integrasi, inovasi, dan introspeksi yang berkelanjutan, kita dapat membangun sistem kesehatan yang tidak hanya menyembuhkan tetapi juga melindungi setiap pasien yang mempercayakan kesehatannya kepada kita.